TRADISI BUDAYA BAKAR KEMENYAN DI HARI KAMIS MALAM JUM'AT

-
TRADISI BUDAYA BAKAR KEMENYAN DI HARI KAMIS MALAM JUM'AT

Saya adalah salah satu anggota masyarakat yang sejak kecil berada di lingkungan masyarakat pedesaan, tepatnya di Desa Kertosari Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo Propinsi Jawa Timur. Menjadi sebuah tradisi unik yang berlaku dan berkembang di masyarakat yaitu berupa kegiatan ritual membakar kemenyan pada hari Kamis sore saat menjelang waktu magrib tiba atau disebut malem Jum'at.

Hal ini juga menjadi perhatian saya sejak kecil hingga sekarang untuk memaknai ritual bakar kemenyan atau dalam dialeksitas lokal disebut "NGOBBHER MINNYAN".
Kegiatan NGOBBHER MINNYAN ini banyak dilakukan oleh para ibu2 yang sudah sepuh, biasanya ketika matahari mulai terbenam setiap rumah mulai melakukan pembakaran kemenyan sambil membaca doa, baik doa kejawen, doa berbahasa arab, doa berbahasa madura yang lebih ditujukan pada pengharapan berupa keselamatan, kebahagiaan, ketentraman dalam rumah tangga, kelancaran usaha dan sebagainya.

Ritual budaya tradisional "NGOBBHER MINNYAN" pada malam Jum'at seperti menjadi sebuah kewajiban yang harus dilakukan, tanpa ada pihak lain yang menyuruh, hal ini menjadi sebuah keyakinan diri menjelma sebuah norma sosial yang berprinsip pada sesuatu yangyang harus dijalan karena jika tidak dilaksanakan mereka akan mudah terkena balak/apes, rejekinya macet dan sebagainya.

Beberapa warga juga menyiapkan sesajen berupa seperangkat nasi tumpeng ukuran mini atau nasi yang ditakar menggunakan gelas kecil sebanyak minimal 5 tumpeng kecil yang diatasnya ada ikan teri asin, lombok, bunga melati dan lampu ublek atau istilah orang situbondo atau dalam bahasa madura "DHAMAR KAMBANG" berupa lepek atau piring yang berisi minyak kelapa kemudian diatasnya ada tutup botol yg dilobangi untuk sumbu menggunakan kapas.

Saat ritual "NGOBBHER MINNYAN" tersebut setelah melakukan doa, biasanya asap yang mengepul itu akan di arahkan ke wajah seperti orang berwudhu mulai dari wajah, rambut kepala, tangan badan, kaki dan sekujur tubuh lainnya ritual ini disebut "AOKOP", hal ini dilakukan kepada semua anggota keluarga dari kakek, nenek hingga cucu dan cicit.

Kemudian pedupan atau bara api yang telah ditaburi kemenyan dengan asap yg masih mengepul tersebut akan dibawa ke tempat2 tertentu seperti pojok/sudut rumah, kamar, bawah tempat tidur/ranjang, ruang makan, ruang keluarga, ruang tamu, dapur, semua perabotan rumah tangga, tiang (sasaka), kandang sapi, toko/tempat usaha, tanaman depan rumah, samping rumah. Si pembawa pedupan ini akan berjalan terus kemana tempat yang dianggap memiliki arti penting dalam kehidupannya.

Tak heran saat kamis sore atau malam Jum'at saat kalian melintas di desa2 pelosok wilayah situbondo, kalian akan bertemu dan merasakan sensasi wewangian kemenyan, dupa bakar dan sejenisnya dimana mana, bahkan naik motor pun aroma kemenyan bakar itu akan seperti mengikutimu.
Diceritakan oleh sahabat saya MAMAN RAHMAN PITRANG warga desa jangkar yang sekarang menetap di Asembagus, bahwa "NGOBBHER MINNYAN" itu bertujuan supaya diberikan keselamatan, karena kayu, pohon, batu, bangunan rumah, ranjang tempat tidur semua mahluk dan benda yang ada disekitar kita adalah sesuatu yang bernyawa, mereka adalah bagian dari semesta yang memiliki kekuatan mikro kosmik yang bersumber dan tertuju pada keyakinan ILAHIYAH.

Dan pada kamis sore hingga malam Jum'at para roh leluhur yang telah meninggal dunia mereka pulang kembali ke rumah asalnya mengharap doa dari para keturunannya sebagai amal kebajikan yang tidak akan pernah putus selama anak keturunannya itu mendoakannya, salah satunya melalui ritual "NGOBBHER MINNYAN". Karena jika tidak didoakan mereka akan menunggu dan menangis sedih di depan halaman rumah kita, saat fajar subuh tiba pada hari Jumat mereka akan kembali ke alamnya dalam keadaan bersedih hati.

Hal ini pun saat saya tanya dapat cerita dari mana, MAMAN RAHMAN PITRANG (sahabat saya) mengatakan kalo itu pesan pitutur dari mbahnya atau neneknya yang sudah sepuh supaya dilakukan juga dan mengajari kepada anak keturunannya.

Kebudayaan ritual "NGOBBHER MINNYAN" hingga saat ini masih lestari di masyarakat situbondo.
IBNU SINA, (bapak kedokteran dunia) pada abad ke 10 sering melakukan pengobatan kepada pasien yang menderita penyakit Tumor, bisul, muntah, disentri dan demam (Sumber : madinatuliman, balikpapan, 4 juli 2012)

Selamat Malam Jum'at
Semoga Panjang Umur dan Bahagia 
Lebih baru Lebih lama