Tradisi Haflah Imtihan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo, Situbondo

-

 




Wisata Situbondo || Salah satu tradisi pondok pesantren terutama yang dilakukan oleh kaum Nahdliyyin (NU) adalah perayaan Haflah Imtihan. Kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun ini biasanya dilakukan pada saat 1 bulan menjelang bulan Ramadhan.


Jika di tinjau dari aspek pengertian secara harfiah, kata Imtihan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti Ujian, kenaikan kelas, kenaikan tingkat. Kata Haflah, menyerap dari bahasa arab memiliki arti pertemuan, perayaan, silaturahmi. 


Para santriwati saat mengikuti kegiatan Haflah Imtihan di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo Situbondo 

Sehingga jika digabungkan akan bermakna sebagai kegiatan yang melibatkan seluruh akademika pondok pesantren untuk memperkenalkan kepada publik.


Pertemuan ini juga memiliki arti pertemuan antara santri dengan wali santri atau sanak keluarganya.

Sejak hari Kamis dan Jum'at (2/3), Salah satu pondok pesantren terbesar di Jawa Timur, yakni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo Situbondo mengadakan kegiatan Haflah Imtihan.


Acara seremonial Haflah Imtihan 


Hari pertama (Kamis) dihadiri pengasuh dan seluruh jajaran staf berikut santri putra, mengadakan kegiatan ini.


KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah 

Dalam sambutannya tadi malam, KHR. Ahmad Azaim Ibrahimy (pengasuh), menyampaikan pesan secara langsung kepada seluruh santri


" Niatkan nanti ketika liburan untuk berkhidmat kepada Orangtuanya, berkhidmat kepada keluarga, harus ada perubahan jauh lebih baik tutur bahasa yang sopan santun kepada keluarga, kepada tetangga. Jangan lupa nyabis kepada guru ngajinya sampaikan salam keluarga Pondok Pesantren kepada guru-guru kalian "


Acara seremonial Haflah Imtihan tersebut sekaligus juga menjadi perayaan HUT Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah yang ke 110 berlangsung di Gelora Ibrahimy.


Dalam kegiatan imtihan atau istilah masyarakat Situbondo acara Imtihanan, para santri akan kembali ke tengah-tengah masyarakat selama kurang lebih 50 hari, mereka kembali ke keluarganya masing-masing. Dan para santri melaksanakan kegiatan puasa ramadhan pun di rumah masing-masing.


Menghadirkan Kelompok Nasyid Internasional dari, Kairo, Mesir


Selama proses kembalinya santri ke daerah masing-masing yang rata-rata berasal dari pelosok tanah air, biasanya pondok pesantren Sukorejo melalui lembaga IKSASS memfasilitasi berdasarkan rayon-rayonnya atau berdasarkan asal daerah.


Penyediaan fasilitas transportasi berupa bus yang akan mengangkut mereka (santri) menuju daerah masing-masing dilakukan secara bertahap.


Kurang lebih 9000 santriwati hadir dalam acara tersebut


Meski ditengah derasnya hujan, tidak mempengaruhi kekhusyukan acara


Dihadiri para Kyai, Masayikh, staf pengajar

Bagi santri yang memang berasal dari daerah sekitar, seperti kecamatan Asembagus, Banyuputih dan warga Kabupaten Situbondo akan dijemput langsung oleh keluarganya.


Imtihanan,  merupakan momen spesial yang selalu ditunggu oleh para santri dan keluarganya, karena momen tersebut akan menimbulkan suasana haru bahagia. Durasi waktu yang cukup lama para santri meninggalkan keluarganya untuk menimba ilmu di pesantren juga menambah kerinduan yang mendalam bagi para santri untuk bertemu dengan keluarga, tetangga dan teman-teman di kampungnya.


Pada hari kedua (Jum'at), panggung spektakuler dengan pertunjukan bacaan pujian islami pun juga berkumandang, bahkan acara seremonial tersebut menghadirkan kelompok nasyid internasional dari Kairo, Mesir.


Mahrus Ali, salah satu staf akademik Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah menyatakan, kehadiran ArRidwan al-marashli ensemble sudah kedua kalinya di undang ke Sukorejo.


Ditengah derasnya hujan malam intihan tersebut, momen mengharukan juga terjadi saat penyampaian Nyai Hj. Juwairiyah yang juga tak lain istri dari almarhum KHR. Fawaid As'Ad Syamsul Arifin (pengasuh generasi ketiga).


Sosok kharismatik Nyai Hj. Juwairiyah Fawaid, saat memberikan wejangan dan motivasi kepada santriwati yang akan pulang ke daerah masing-masing 


Beliau menyampaikan bahwa santri adalah ujung tombak penyiaran agama islam, ditengah derasnya arus informasi negatif tentang pondok pesantren yang saat ini terjadi, santri wajib menyampaikan hakekat pesantren yang sebenarnya.


" Tetap Semangat ananda santri sekalian meski hujan deras, hujan ini adalah saksi kebahagiaan kita kelak di akhirat bahwa kita berkumpul disini bermunajat kepada Allah SWT untuk menimba ilmu ditempat mulya ini. Ditengah arus informasi negatif melalui sosmed tentang pesantren, kasus bullying, fitnah dan pemikiran yang katanya pesantren tempat kekerasan, LGBT, pembodohan dan segala informasi yang salah. Kewajiban kalian adalah menyampaikan keadaan yang sebenarnya. Pesantren tempat menimba ilmu, tempat belajar ahlak mulya untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat." (AG*)



Support by :














Post a Comment

Lebih baru Lebih lama