Eksklusifitas Musik Tradisional Sebagai Entitas Teritorial

-


Wisata Situbondo || Bertemu dangan salah satu sosok pegiat seni di Kabupaten Situbondo yang satu ini memang tidak mudah, karena jadwal padat manggung meskipun dalam suasana pandemik. Hari ini mimin diberi kesempatan untuk berjumpa dengan beliau, siapa? Yes... ALI GARDHY RUKMANA, pemuda kelahiran Desa Jangkar Kecamatan, Jangkar Kabupaten Situbondo, kiprah perjalanan bermain musik etnik sudah tidak diragukan lagi. 


Ketertarikan beliau terhadap musik mengalir dari sosok sang ayah sejak kecil yaitu bapak Nasir, mimin memanggil sebagai sapaan akrabnya. Pak Nasir adalah seorang pemain musik seruling yang juga memiliki porto folio bermain musik cukup lama dari panggung ke panggung di Situbondo dan sekitarnya.


Ali Gardhy Rukmana
Ali Gardhy saat berlatih Dambus

Nama Ali Gardhy sebagai panggilan akrab keseharian tidak bisa lepas dari Nusantara Rithym Situbondo, yakni sebuah kelompok musik yang dibangun bersama kawan-kawannya termasuk juga ada Dias sebagai pentolan dalam grup musik tersebut.


Pada kesempatan kunjungan ke kediaman beliau di perumahan permata green hill, juga masih terlihat masih sibuk berlatih secara personal dan mimin pun diterima penuh keakraban, seperti biasa pembicaraan kami tidak jauh dari dunia musik tetapi lebih kepada musik tradisional, tentang kebudayaan masyarakat Situbondo serta dinamikanya. Perbincangan semakin menarik saat beberapa ungkapan yang disampaikan terkait perspektif personal beliau tentang musik tradisional sebagai sebuah entitas kebudayaan teritorial. Sebagaimana pengalaman dan perjalanan beliau dalam kancah musik tradisional sering  kali di undang ke berbagai daerah di Indonesia bahkan ke Negri Jiran Malaysia beberapa tahun lalu.


Ada batasan tentang musik tradisi dan musik modern yang berkembang saat ini, musik tradisional lebih ori dan terjaga kelestariannya tanpa melihat dari sisi mana pun bahkan menjadi sebuah keyakinan pada sebagian masyarakat terutama yang ada di wilayah pinggiran, daerah pedalaman. Mereka melakukan ritual-ritual dengan senandung yang tidak banyak tahu artinya tetapi bisa dirasakan maknanya. Sedangkan musik modern lebih mudah diterima oleh masyarakat saat ini. Perlu sebuah strategi dalam untuk menelaah, memahami dan melestarikan seni tradisional yang semakin ekslusif ini, imbuh Ali.


Ali Gardhy Rukmana dan Agung H.
Swafoto bersama Ali Gardhy Rukmana


Musik tradisional memiliki durasi perjalanan panjang sejak jaman dahulu,  sehingga perlu regenerasi karena para penganut, pelaku dan penikmat hanya orang-orang tertentu saja. Padahal energi yang disampaikan dalam setiap sentuhan saat bermain musik tradisi memiliki pesan yang sangat mendalam. Kita pun juga berpacu dengan waktu dan perkembangan jaman, para pelaku seni musik tradisional saat ini rata-rata sudah berusia senja, ketika mereka semua sudah tidak ada siapakah yang akan menggantikan peran mereka sebagai pemegang teguh kebudayaan lokal? 


Bahkan dengan bangga Ali ketika berkegiatan di luar kabupaten situbondo dengan yakinnya bahwa di situbondo terdapat budaya meminta hujan, ritual pembacaan doa sambil berjalan keliling kampung, mengenalkan orang-orang pandelungan yang bukan jawa juga bukan madura, mengenalkan musik tradisional dari bambu pa'beng yang banyak dikenal masyarakat agraris atas di Situbondo. Jadi mas..musik tradisional di Situbondo ini saya kenalkan kepada teman-teman di jogja, kalimantan, semarang, jakarta, dan kota-kota lain sebagai jembatan komunikasi antar komunitas pelaku musik etnik di Indonesia, lanjut Ali.


Pada saat berekspansi keluar daerah, Ali selalu berkesempatan untuk menyisipkan sentuhan musik tradisional situbondo selain musik modern juga yang beliau jalani. Kalau musik etnik itu lebih memiliki nilai tinggi, selain kita juga bisa bebas bereksprsi sesuai adat lokalitas, itu juga peninggalan budaya nenek moyang kita mas, kalau musik modern itu ya.. untuk kita cari biaya hidup lah, seloroh Ali.


Kami para pelaku seni musik butuh atmosfer yang mendukung, supaya sense musik tetap terjaga, makanya saya sering main ke luar daerah, belajar budaya dan seni tradisional daerah lain sebagai bahan perbandingan selain menambah persaudaraan meskipun harus dari biaya sendiri, begitulah cara kami survive. dan itu tidak mudah mas, butuh mentalitas kuat, prinsip dan yakin yang benar-benar kuat supaya kita tidak terkesan jago kandang.




Jangan sampai seni musik tradisional kita menjadi artefak usang bagi generasi muda saat ini gara-gara arus modernisasi, mari jadikan musik tradisional ini menjadi sebuah kebanggaan yang merupakan cerminan entitas lokal situbondo yang tetap tangguh menghadapi jaman modern. Perhatian pemerintah dan partisipasi masyarakat adalah hal paling penting dalam menjaga eksistensi musik tradisional ini, tutupnya. (AG)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama